Reading Class with Kelingan

By kreator 06 Nov 2024, 09:50:16 WIB Pelayanan Perpustakaan
Reading Class with Kelingan

Reading Class with Kelingan #4

Ungaran, 5 November 2024 - Tidak banyak yang hadir, hanya lima orang. Dan seperti sunnatullah, yang menggemari baca-tulis itu tidak akan pernah berlimpah ruah.

Namun demikian, pada siang itu, Reading Class with Kelingan #4 berjalan khidmat. Di bawah lampu ruang Audio Visual, lantai 1, dua cerita pendek karya penulis yang terhimpun dalam Keluarga Literasi Ungaran (Kelingan) dibaca bergantian.

Meski namanya reading class, bukan berarti membaca bergiliran satu per satu, melainkan masing-masing menyimak, dan mencoba memahami isi teks yang dibacakan oleh penulis cerpen.

Sebuah proses pembacaan yang tak biasa. Karena dari kalimat ke kalimat dikupas secara mendalam. Hal ini juga mengandaikan bahwa kegiatan membaca sedianya merupakan tradisi yang menyenangkan, sekaligus serius. Bahwa bersungguh-sungguh membaca juga dapat memuaskan perasaan terhadap peristiwa-peristiwa dan karakter-karakter, atau yang lain.

Kafha, misalnya, saat itu membacakan Amanat. Lantas yang lain mendadak berasa sebagai murid yang kudu takzim, tak sekadar mendengarkan, tak hanya menyimak, tapi mencoba memahami. Bahkan turut hadir, masuk dalam imajinasi Kafha, selaku penulis. Ada yang menyadari sebagai pengamat, bahkan ada yang jadi anggota keluarga si tokoh, bersedia berteman dengan karakter-karakternya, hingga bersimpatik dan mampu terlibat dalam peristiwa demi peristiwa.

Kemudian, satu per satu yang hadir bergiliran mengomentari isi cerpen. Macam-macam, ada yang mengungkap perasaan haru, menilai perilaku seperti apa yang mesti dilakukan terhadap penderitaan hati sang tokoh, mengamati tanda baca, gaya penulisan, dan seterusnya.

Walhasil, membedah cerpen dalam reading class itu, setidaknya belajar bahwa saat membahas tokoh, atau kejadian, akan ketahuan bahwa kita lebih menyukai atau tidak menyukainya tanpa selalu yakin kenapa. Dan sepertinya tidak harus terjelaskan, mengapa kita suka atau tidak suka. Karena toh hakikat kehidupan yang kemudian diekspresikan sebagai cerita itu adalah kebenaran. Sepenuhnya hadir lantaran kehendak-Nya.

Demikian.




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment